“Dan berbuat baiklah kepada ibu bapakmu , karib kerabat, anak-anak yatim,
orang – orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh”
(Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 36)
Di zaman modern saat ini, seringkali hubungan dengan
tetangga diabaikan. Fenomena ini tidak terlepas dari sikap
individualis yang semakin menjamur dimasyarakat Indonesia. Kecanggihan
teknologi yang diharapkan dapat mempermudah menjalin informasi dan membangun
komunikasi, malah tidak cukup banyak membantu. Kecanggihan teknologi memang
mampu mendekatkan yang jauh atau terpisah oleh jarak, namun juga bisa
menjauhkan yang dekat. Contohnya saja, dalam satu hari seseorang bisa menyapa atau
berkomentar ria di media sosial seperti faceb**k, twitt*r, dll, namun belum
tentu ia bisa menyapa tetangga disebelah rumahnya. Belum lagi, perumahan dengan tembok – tembok yang menjulang tinggi,
seakan – akan semakin mengisolir diri
dari masyarakat.
Padahal dalam Islam, berbuat baik dengan tetangga merupakan
salah satu cabang dari rukun iman. Ini diperkuat dengan Surah An-Nisa ayat 36.
Ayat ini memuat perintah untuk berbuat
baik kepada sesama salah satunya berbuat
baik pada tetangga baik yang dekat
maupun yang jauh. Perintah ini
bersifat wajib untuk dilakukan oleh setiap muslim.
Rasulullah juga berwasiat mengenai tetangga :
“Demi Allah, tidak
beriman dia. Demi Allah ,tidak beriman dia. Demi Allah ,tidak beriman dia.
Seorang sahabat bertanya, siapa ya Rasulullah ? Rasulullah bersabda :’yang
membuat tidak aman tetangganya dengan bahaya.” (Riwayat Muttafaq alaihi)
Rasulullah dalam hadits ini sampai bersumpah tiga kali,
artinya betapa pentingnya berbuat baik dengan tetangga. Orang yang beriman
tidak akan membuat tetangganya berada didalam bahaya.
Mungkin timbul pertanyaan, siapa saja yang dikategorikan
sebagai tetangga berdasarkan Al-Qur’an dan hadits diatas. Tetangga merupakan
orang yang hidup disekitar rumah tinggal kita. Ali bin Abi Thalib mengatakan,
tetangga adalah siapapun yang mendengar panggilanmu. Seorang ulama mengatakan,
siapapun yang sholat subuh berjamaah di Masjid bersamamu adalah tetanggamu. Ada
pula yang menyebutkan jika tiap empat puluh rumah yang didepan, belakang,
sebelah kanan, dan kiri merupakan tetangga.
Selain itu, pihak yang disebut tetangga tidak terbatas pada
orang muslim saja. Tetangga bisa saja orang muslim maupun kafir (non-Islam),
orang yang saleh maupun fasik, bisa
teman maupun musuh, bisa juga yang satu kewarganegaraan atau berbeda
kewarganegaraan.
Selanjutnya, mungkin ada yang bertanya apa yang mesti
dilakukan oleh orang beriman kepada tetangganya. Sebagai orang yang beriman,
mestilah berbuat baik, menolong, dan memuliakan tetangganya. Sesuai dengan
hadits Rasulullah :
“Barangsiapa berima
kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (Riwayat
al-Bukhari)
Selain itu, orang beriman tidak boleh membahayakan
tetangganya. Membahayakan tetangga itu meliputi : memfitnah, menggunjing,
bermusuhan hingga mengambil sesuatu yang bukan haknya. Bahkan membiarkan orang
menggunjing, memfitnah, melalakukan sesuatu yang buruk kepada tetangganya
termasuk dalam tindakan membahayakan tetangga.
Begitu pentingnya tetangga dalam kehidupan seorang muslim,
sehingga ketika seorang muslim hendak memilih tempat tinggal, tetangga adalah
salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan tetangga
merupakan salah satu unsur kebahagiaan seorang muslim. Sesuai dengan hadits
Rasulullah :
“Diantara kebahagiaan
seorang Muslim ialah mempunyai tetangga yang saleh, rumah yang luas, dan
kendaraan yang menyenangkan.” (Riwayat Ahmad)
Tetangga juga memiliki pengaruh yang sangat besar kepada
diri, dan anggota keluarga kita. Pertumbuhan dan perkembangan psikis, mental,
dan moral dapat dipengaruhi oleh tetangga dan lingkungan tempat tinggal kita.
Oleh karena itu, mulailah untuk memperhatikan tetangga kita.
Jalinlah tali silaturahmi dengan tetangga. Mungkin pada awalnya terasa aneh,
tapi Insya Allah akan terbiasa. Jangan lupa meniatkan sejak awal membina
hubungan dengan tetangga karena Allah. Bukan karena pamrih atau niat - niat tertentu selain Allah. Jadikan tetangga
sebagai lahan dakwah. Kenalkan keindahan Islam melalui perilaku kita. Karena
berdakwah bukan sekedar di mesjid-mesjid melalui ceramah atau lisan saja. Tapi
juga perilaku dan perbuatan baik sehari – hari kita kepada sesama dan
lingkungan tempat tinggal, juga termasuk dakwah.
Sumber Ilmu : Majalah Hidayatullah Edisi I / XXVIII / Mei
2016 / Rajab 1437 / ISSN 0863-2367
Catatan : Tulisan ini
ditulis oleh pemilik blog dengan mengutip dari majalah diatas. Beberapa
kalimat ada kutipan langsung dari majalah. Sebagian lainnya , kutipan dari
majalah yang ditulis ulang atau diubah sedikit dengan gaya tulis penulis. Mohon
maaf jika ada penempatan kata yang salah sehingga adanya perubahan dalam makna
dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis.