Minggu, 29 Oktober 2017

Nasihat Pesan dan Catatan 2 : TETANGGA YANG (SERING) TERLUPAKAN





Dan berbuat baiklah kepada ibu bapakmu , karib kerabat, anak-anak yatim, orang orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh
(Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 36)  



Di zaman modern saat ini, seringkali hubungan dengan tetangga  diabaikan.  Fenomena ini tidak terlepas dari sikap individualis yang semakin menjamur dimasyarakat Indonesia. Kecanggihan teknologi yang diharapkan dapat mempermudah menjalin informasi dan membangun komunikasi, malah tidak cukup banyak membantu. Kecanggihan teknologi memang mampu mendekatkan yang jauh atau terpisah oleh jarak, namun juga bisa menjauhkan yang dekat. Contohnya saja,  dalam satu hari seseorang bisa menyapa atau berkomentar ria di media sosial seperti faceb**k, twitt*r, dll, namun belum tentu ia bisa menyapa tetangga disebelah rumahnya. Belum lagi, perumahan  dengan tembok – tembok yang menjulang tinggi, seakan – akan semakin  mengisolir diri dari masyarakat.

Padahal dalam Islam, berbuat baik dengan tetangga merupakan salah satu cabang dari rukun iman. Ini diperkuat dengan Surah An-Nisa ayat 36. Ayat  ini memuat perintah untuk berbuat baik kepada  sesama salah satunya berbuat baik pada tetangga baik yang dekat  maupun yang jauh.  Perintah ini bersifat wajib untuk dilakukan oleh setiap muslim.

Rasulullah juga berwasiat mengenai tetangga :

Demi Allah, tidak beriman dia. Demi Allah ,tidak beriman dia. Demi Allah ,tidak beriman dia. Seorang sahabat bertanya, siapa ya Rasulullah ? Rasulullah bersabda :’yang membuat tidak aman tetangganya dengan bahaya.” (Riwayat Muttafaq alaihi)

Rasulullah dalam hadits ini sampai bersumpah tiga kali, artinya betapa pentingnya berbuat baik dengan tetangga. Orang yang beriman tidak akan membuat tetangganya berada didalam bahaya.

Mungkin timbul pertanyaan, siapa saja yang dikategorikan sebagai tetangga berdasarkan Al-Qur’an dan hadits diatas. Tetangga merupakan orang yang hidup disekitar rumah tinggal kita. Ali bin Abi Thalib mengatakan, tetangga adalah siapapun yang mendengar panggilanmu. Seorang ulama mengatakan, siapapun yang sholat subuh berjamaah di Masjid bersamamu adalah tetanggamu. Ada pula yang menyebutkan jika tiap empat puluh rumah yang didepan, belakang, sebelah kanan, dan kiri merupakan tetangga.

Selain itu, pihak yang disebut tetangga tidak terbatas pada orang muslim saja. Tetangga bisa saja orang muslim maupun kafir (non-Islam), orang yang saleh maupun fasik, bisa  teman maupun musuh, bisa juga yang satu kewarganegaraan atau berbeda kewarganegaraan.

Selanjutnya, mungkin ada yang bertanya apa yang mesti dilakukan oleh orang beriman kepada tetangganya. Sebagai orang yang beriman, mestilah berbuat baik, menolong, dan memuliakan tetangganya. Sesuai dengan hadits Rasulullah :

Barangsiapa berima kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (Riwayat al-Bukhari)

Selain itu, orang beriman tidak boleh membahayakan tetangganya. Membahayakan tetangga itu meliputi : memfitnah, menggunjing, bermusuhan hingga mengambil sesuatu yang bukan haknya. Bahkan membiarkan orang menggunjing, memfitnah, melalakukan sesuatu yang buruk kepada tetangganya termasuk dalam tindakan membahayakan tetangga.

Begitu pentingnya tetangga dalam kehidupan seorang muslim, sehingga ketika seorang muslim hendak memilih tempat tinggal, tetangga adalah salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan tetangga merupakan salah satu unsur kebahagiaan seorang muslim. Sesuai dengan hadits Rasulullah :

Diantara kebahagiaan seorang Muslim ialah mempunyai tetangga yang saleh, rumah yang luas, dan kendaraan yang menyenangkan.” (Riwayat Ahmad)

Tetangga juga memiliki pengaruh yang sangat besar kepada diri, dan anggota keluarga kita. Pertumbuhan dan perkembangan psikis, mental, dan moral dapat dipengaruhi oleh tetangga dan lingkungan tempat tinggal kita.

Oleh karena itu, mulailah untuk memperhatikan tetangga kita. Jalinlah tali silaturahmi dengan tetangga. Mungkin pada awalnya terasa aneh, tapi Insya Allah akan terbiasa. Jangan lupa meniatkan sejak awal membina hubungan dengan tetangga karena Allah. Bukan karena pamrih atau niat -  niat tertentu selain Allah. Jadikan tetangga sebagai lahan dakwah. Kenalkan keindahan Islam melalui perilaku kita. Karena berdakwah bukan sekedar di mesjid-mesjid melalui ceramah atau lisan saja. Tapi juga perilaku dan perbuatan baik sehari – hari kita kepada sesama dan lingkungan tempat tinggal, juga termasuk dakwah.


Sumber Ilmu : Majalah Hidayatullah Edisi I / XXVIII / Mei 2016 / Rajab 1437 / ISSN 0863-2367


Catatan : Tulisan ini  ditulis oleh pemilik blog dengan mengutip dari majalah diatas. Beberapa kalimat ada kutipan langsung dari majalah. Sebagian lainnya , kutipan dari majalah yang ditulis ulang atau diubah sedikit dengan gaya tulis penulis. Mohon maaf jika ada penempatan kata yang salah sehingga adanya perubahan dalam makna dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis.

Rabu, 25 Oktober 2017

Nasihat Pesan dan Catatan 1 ; MEMBANGUN IMAN DAN KETAkWAAN

Jikalau sekiranya penduduk negeri – negeri ini beriman dan bertakwa , pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi , tetapi mereka mendustakan (ayat –ayat Kami) itu maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
(Al-A’raf [7] :96)

MEMBANGUN IMAN DAN KETAkWAAN

Sebagai umat Islam, kita harus memperhatikan keimanan serta ketakwaan. Hal ini dikarenakan iman dan takwa akan menjadi dasar terciptanya kehidupan yang berkah di bumi. Tanpa keimanan serta ketakwaan, manusia dapat memiliki kekayaan yang berlimpah tapi jauh dari keberkahan. Tanpa adanya keberkahan dari Allah swt, hidup manusia terasa sengsara.
Keberkahan ini dapat terwujud, apabila umat Islam mampu menerapkan sistem hidup yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Contohnya, menghindari riba, mempelajari Ilmu agama, dan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan mengamalkannya, diharapkan negeri ini diberi kebahagiaan yang berasal dari keberkahan dan berujung pada keselamatan. Sehingga syarat yang wajib dipenuhi  bagi bangsa ini agar memperoleh kehidupan yang bahagia serta berkah adalah berupaya dalam membangun kekuatan iman dan takwa yang terwujud dalam seluruh aspek kehidupan.



Sumber : Majalah Hidayatullah edisi 11 Maret 2015

Sabtu, 08 Oktober 2016

Rasa yang belum Teridentifikasi

Assalammualaikum.
Selamat Sabtu Malam.


Malam ini kumulai dengan satu pertanyaan :
Pernahkah anda memiliki suatu perasaan yang belum dapat teridentifikasi kepada seseorang yang belum anda kenal secara detil ataupun kepada seseorang yang berbeda dengan anda ?

Mungkin ada yang menjawab iya, tidak, ataupun pernah atau belum tau...

Yang jelas, saat ini aku merasakan nya.

Dia adalah sosok lawan jenis yang baru kukenal 2 bulan ini. Orangnya baik, ramah, agak sopan, dan cuek (kenapa dibilang agak sopan ? hehehe.. ada ceritanya. tapi gak bisa kuceritain sekarang). Seseorang yang berbeda banget dengan diriku. Seharusnya perkenalan pada hari itu berlalu saja dari ingatanku. Namun yang terjadi sebaliknya, pertemuan itu berkesan.

Sejak pertemuan pertama, kami sering bertemu. Entah disengaja maupun tidak disengaja. Walau pun kebanyakan tidak disengaja. Kami berdua duduk di Gazebo. Sesekali aku mengajak nya bicara. Namun Tanggapan nya hanya sedikit bahkan nyaris tidak ada. Seringkali waktu berdua dihabiskan dengan Diam. Sibuk masing - masing, aku dengan kerjaan ku dan dia dengan dunianya. Hampir selalu begitu.

Kadang hal ini amat menyiksa, bagiku. Tak tau mengapa.
Apakah ini sebuah rasa ? jika Rasa, ya Rasa apa ya ?
Sekedar rasa ingin tahu atau apa ?

Parahnya lagi, selalu ada rasa ingin bertemu walau sesaat. Namun saat ketemu, rasanya ingin cepat - cepat pergi darinya. Aneh ? Sungguh aneh....

Selamat Malam Minggu

Buket Bunga Untukmu 





Senin, 02 Mei 2016

sajak perjalananku

dinding putih dan pilarnya

kususuri jalan panjang
sampai ujung, buntu
disana ada dinding besar
terlalu licin untuk kupanjati
terlampau tinggi untuk kulompati

dinding besar itu menutupi sesuatu
sesuatu dibaliknya
apa itu ? pikirku

apakah itu kehampaan
atau eksistensi atas sesuatu yang selama ini kucari
sesuatu yang ingin kutemukan
aku penasaran

logika ku berputar - putar
mencari celah kosong,sesak
celah itu terlalu kecil untuk kulewati sendiri
hatiku terlalu lemah untuk membisik
membisikkan ku jawabannya

apakah dinding ini adalah kesombonganku
yang selama ini bertakhta di benakku ?
yang selama ini membatasi langkahku ?
yang selama ini mengaburkan pandanganku ?
yang selama ini menenggelamkanku dalam lautan dosa ?

catatan akhir : ...
mataku masih menerawang ke dinding itu
namun pencarian ini telah terhenti sejenak
sejak kumandang cinta terdengar
es krimku belum habis .
dan aku mesti buru buru pulang untuk sholat

Jumat, 18 Maret 2016

Air Mata Kebahagiaan

setahun yang lalu di bulan juni, aku menangis..
untuk kematian seseorang yang paling berharga dalam hidup
bude ku (kakak mama), atau sosok yang kupanggil "ibu"
meninggal didepan kedua mataku

masih teringat akan  bau rumah sakit
masih teringat akan suara nya
masih teringat akan  kasih sayangnya
masih teringat akan didikkannya
masih teringat akan cinta kasihnya
masih teringat akan semua tentang nya
masih.....

dan pada hari ini, aku kembali menangis
untuk momen yang membahagiakan seseorang yang paling berharga dalam hidupku
pakde ku (suami bude) atau sosok yang kupanggil "bapak"
akan melamar seseorang yang telah menarik hatinya

tentu saja kali ini adalah air mata kebahagiaan
aku bukanlah anak yang egois,
aku senang kalo bapak bahagia
aku senang kalo bapak tersenyum kembali
aku senang kalo ada yang mengurusinya kembali
aku senang sekali

semoga ini adalah skenario Allah yang paling baik. amiin
sunset di jatim